Kumpulan Kata Mutiara Kitab Al Hikam Ibnu Athailah Bagian 15: Perlindungan Allah
Dalam kumpulan kata mutiara Kitab Al Hikam karya Ibnu Athalilah bagian ketiga, tertulis 'Sebagian bukti yang memperlihatkan kekuasaan-Nya adalah bahwa Allah menyelubungimu dari hijab memandang kepada-Nya dari sesuatu yang tidak berwujud di hadapan Allah'. Kata mutiara ini mengisyaratkan, ketika Allah sudah jatuh cinta kepada seorang hamba pilihan-Nya, maka Ia akan menjauhkan kita dari semua ketertarikan pada duniawi; meskipun ketertarikan itu terlihat indah; dan berpisah dari ketertarikan itu penuh luka.
PERLINDUNGAN ALLAH TERHADAP HAMBA-NYA
Sebagian bukti yang memperlihatkan kekuasaan-Nya adalah bahwa Allah menyelubungimu dari hijab memandang kepada-Nya dari sesuatu yang tidak berwujud di hadapan Allah
Banyak orang mengira bahwa dunia memiliki wujud nyata. Padahal, sebenarnya dunia seisinya ini tidaklah nyata. Keberadaan kita di tempat inilah yang membuatnya seolah benar-benar mewujud. Ketika kita bertegur sapa dengan orang lain, melihat keindahan alam, atau ketakutan ketika gempa bumi melanda, kita mengira benda-benda materi ini ada. Padahal, benda-benda yang kita lihat, kita raba, atau kita rasakan, semuanya bergerak karena tiupan ruh Allah. Padahal, benda-benda yang kemudian kita kumpulkan, misalnya uang atau harta, semuanya fana dan akan dimusnahkan oleh Allah.
Salah satu tanda kekuasaan Allah kepada hamba-hamba yang dicintai-Nya adalah perlindungan dari kehidupan dunia yang fana namun melenakan ini. Caranya, Allah akan membuat dunia seisinya sebagai “musuh” sang hamba.
Seorang muslim memang tetap berada di dunia; ia juga bekerja layaknya sesama manusia yang membanting tulang demi menafkahi keluarga. Ia juga bisa marah ketika harga dirinya direnggut; menangis kala ada yang menyakiti hatinya; atau bahagia ketika menemukan sesuatu yang menyenangkan hati. Namun, dalam semua kegiatan ini ia tetap mampu mengendalikan hati; mengatasi kecenderungan jiwanya agar tidak lalai dari kehadiran Allah.
Nabi Muhamamad saw. bersabda, “Dunia dan segala isinya ini terkutuk kecuali mengingat Allah dan hal-hal yang memudahkan orang untuk mengingat Allah.” Maka, tanda-tanda Allah menyayangi kita, bukanlah dengan cara mengangkat derajat kita di mata dunia; sebaliknya, Allah justru membuat kita tak berharga di tempat fana ini. Bagaimana mungkin seseorang rela melihat kekasih hatinya terjerembab dalam lumpur; bahkan meski tempat tinggal sang kekasih adalah kubangan lumpur? Ia akan berusaha melindungi kekasihnya sekuat tenaga.
Dalam hal ini, kita akan dibuat selalu menderita ketika berada di dunia. Orang lain mungkin bisa berbahagia karena mendapatkan yang diinginkannya. Namun, seorang muslim yang sejati, senantiasa terhalang dari kepuasan duniawi. Orang lain boleh saja korupsi, menyantap makanan yang ambigu halal-haramnya, atau merasa berhak mengerjakan hal-hal berbau bid’ah. Namun, jika kita benar-benar tulus mencintai Allah, sehingga Dia mencintai kita, semua pekerjaan tadi tak akan bisa dilakukan. Kalaupun kita berani berbuat hal-hal tadi, akan selalu ada gangguan sehingga kita segera menyadari kelalaian dan bertaubat.
Inilah alasan sabda Nabi, “Kemiskinan adalah kebanggaanku.” Bagaimana mungkin Nabi Muhammad saw. tidak bangga dengan kemiskinan beliau, baik dari segi harta maupun dari segi tak berartinya makhluk di hadapan Allah? Kemiskinan tersebutlah yang membuktikan seorang hamba dinaungi Allah dalam hidupnya.
Kesulitannya dalam menjalani hidup inilah yang menunjukkan betapa Tuhan senantiasa menjaganya dari perbuatan tercela: mencintai dunia ini atau menggunakan hal-hal duniawi demi mendekatkan diri kepada Allah. Orang lain boleh saja bergantung pada hal-hal fana. Namun, seorang muslim sejati, semenderita apa pun, sesakit apa pun takdir yang mesti dilewatinya, tak memiliki tempat bergantung apa pun kecuali Allah Al-Haq.
Komentar
Posting Komentar