Kumpulan Kata Mutiara Kitab Al Hikam Ibnu Athailah Bagian 26: Pentingnya Niat

Kumpulan Kata Mutiara Kitab Al Hikam Ibnu Athailah Bagian 26: Pentingnya Niat

 Dalam kumpulan kata mutiara Kitab Al Hikam karya Ibnu Athalilah bagian 26, tertulis 'Salah satu tanda berhasilnya akhir perjuangan adalah kepasrahan kepada Allah yang dilakukan sejak awal mula perjuangan.'. Kata mutiara ini mengisyaratkan bahwa seseorang yang benar-benar ingin mencari Allah, sejak awal pencariannya akan sepenuhnya pasrah, ibarat mayat yang dimandikan, tidak berambisi apapun.

PENTINGNYA NIAT
Salah satu tanda berhasilnya akhir perjuangan adalah kepasrahan kepada Allah yang dilakukan sejak awal mula perjuangan.

Seseorang memutuskan untuk meninggalkan kehidupan duniawinya demi mengenal Allah. Dilupakannya penderitaan berpisah dengan kebahagiaan memiliki harta, mempunyai rumah mewah, atau dipuja orang karena memiliki kedudukan mentereng. Orang ini memperkaya pengetahuan dengan berguru pada syeikh, membaca buku, dan yang terpenting memraktikkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kira-kira membutuhkan waktu berapa lama hingga ia sampai pada taraf hakikat dan makrifat?

Satu hal yang perlu dipahami sang pencari Allah, kala perjalanan dimulai, datanglah dua kemungkinan. Orang ini mungkin merasa sudah siap mengenal-Nya, namun ternyata perjuangan mencari Allah membutuhkan waktu seumur hidup. Sebaliknya, sang pencari Allah mungkin merasa belum siap mengetahui-Nya, namun ternyata Allah begitu dekat di hatinya; melebihi apa pun.

Dua kemungkinan ini tidak bermakna lain; keduanya hanyalah bagian dari proses seseorang mengenal Allah. Bukan berarti orang yang harus mencari Allah hingga napas terakhir diembuskan, adalah orang yang memiliki kadar keimanan yang rendah. Ia mungkin memang harus menjalani takdir yang sedemikian rupa karena jia mungkin akan lupa diri jika ia langsung mengetahui rahasia Allah sejak awal perjalanan. Sebaliknya, orang yang demikian mudah mengenal Allah belum tentu pula dapat meningkatkan pengetahuan tersebut dari waktu ke waktu.

Apa pun hasil akhirnya, keberhasilan atau kegagalan, sang salik tidak berhak untuk terlalu tinggi berkhayal. Orang awam yang beribadah, misalnya berzakat, mungkin merasa berhak untuk mendapatkan ganti uang yang lebih besar. Orang awan yang salat, mungkin pula merasa boleh mendapatkan surga dari amalan-amalannya. Namun, seorang yang mencintai Allah, bahkan sejak awal perjalanan ingin mengenal-Nya, tidak berhak untuk mendapatkan balasan apa pun. Ia mesti memastikan bahwa Allah sudah mengatur segalanya.

Ketika sudah berserah diri, niat pun menjadi suci. Kala ada ujian menghadang dalam perjalanan, ia tidak mengeluh. Ketika cobaan kebahagiaan muncul, ia pun tak lupa diri. Akhirnya, dengan modal pasrah inilah ia mampu mengenal Allah. Sebaliknya, orang yang sejak awal ingin mengenal Allah demi mendapatkan surga, demi memperoleh kemuliaan hidup, atau demi hal-hal lain, tidak akan mendapatkan apa pun dalam ujung pencariannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumpulan Kata Mutiara Terbaik Jalaludin Rumi (Masnawi I) Mukadimah

Jenis-Jenis Istighfar: Adab Beristighfar dalam Kisah Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Amalan Doa Sehari-Hari: Zikir Malam Hari (Sebelum Tidur)