Kumpulan Kata Mutiara Kitab Al Hikam Ibnu Athailah Bagian 12: Manfaat Tafakur


Kumpulan Kata Mutiara Kitab Al Hikam Ibnu Athailah Bagian 12: Manfaat Tafakur

Dalam kumpulan kata mutiara Kitab Al Hikam karya Ibnu Athalilah bagian keduabelas, tertulis 'Tidak ada yang lebih berguna bagi jiwa selain beruzlah untuk memasuki medan tafakur'. Kata mutiara ini mengisyaratkan, pengasingan diri, menyepi dari keramaian, adalah obat untuk jiwa. Dengan menjauhi hiruk-pikuk duniawi, manusia akan menyadari kekosongan dirinya, dan tahu, tujuannya di dunia ini adalah kembali kepada Allah.

MANFAAT BERSENDIRI
Tidak ada yang lebih berguna bagi jiwa selain beruzlah untuk memasuki medan tafakur

Uzlah adalah tindakan seseorang untuk menyendiri dari keramaian demi mendekatkan diri kepada Allah. Dahulu, sebelum menerima wahyu, Rasulullah sering beruzlah ke Gua Hira demi merenungi kehidupan masyarakat Mekah di zaman Jahiliyyah. Rasulullah mengajarkan pentingnya bagi seseorang untuk keluar dari cangkang jika ingin mengetahui sebuah permasalahan sosial.

Ketika kita berada di dalam masyarakat, bergaul dengan tetangga, kadang kita terkondisikan untuk memaklumi hal-hal yang salah sekaligus menepikan hal-hal yang benar. Hati kecil kita mungkin bertolak belakang dengan keadaan masyarakat. Namun, saat tubuh dan jiwa ini membaur dengan kebanyakan orang, hati kecil itu tidak berkutik. Hampir semua orang yang berkelompok, akan mengikuti kebiasaan kelompok tersebut.

Kalau tidak, ia akan dikucilkan atau dianggap asing. Bahkan, meski tindakan kelompok itu jelas-jelas salah. Seorang pemuda yang berada di lingkungan masyarakat yang hobi berjudi dan minum minuman keras, akan lebih mudah terseret ke dalam dunia “hitam”. Kebiasaan manusia untuk patuh kepada golongan yang lebih banyak ini jelas merupakan kesalahan. Dalam Islam, yang dipentingkan adalah upaya menegakkan kebenaran sejak lahir hingga meninggal, dari bangun tidur hingga mata terpejam kembali. Lalu, bagaimana cara menganalisis keadaan masyarakat di sekitar kita?

Mengasingkan diri atau beruzlah adalah cara paling tepat. Ketika berada di keheningan, kita mampu berpikir lebih jernih. Tidak ada yang akan mengintervensi pikiran kita. Kalau di masyarakat, kita takut dijauhi si A dan si B, ketika beruzlah, ketakutan itu akan lenyap. Nah, saat beruzlah, kita merekam kembali apa saja yang sudah terjadi di lingkungan. Sudah benarkah kehidupan bermasyarakatnya? Sudah sesuaikah cara hidup kita dan tetangga dengan norma-norma kehidupan Islam?

Masihkah kita terbiasa menggunjing tetangga yang salah, berutang, atau berbuat hal yang tidak menyenangkan? Masihkah pula kita sibuk merecoki hubungan orang lain di masyarakat? Pertanyaan demi pertanyaan inilah yang sering muncul ketika beruzlah; sekaligus mendapatkan solusinya. Sebagai contoh, Rasulullah Muhammad saw..

Ketika beliau menyendiri di Gua Hira, banyak problematika masyarakat Mekah yang beliau renungkan. Problematika itu begitu mirip dengan masalah di negara kita. Kala itu para kepala suku berbisnis dengan cara menyewakan Kabah. Mereka membuat berhala demi berhala yang didatangi oleh kafilah-kafilah di tanah Arab. Setiap kali ada yang menyembah berhala di Kabah, setiap itu pula mereka mesti membayar upeti kepada kepala suku di Mekah. Bandingkan dengan dunia Islam saat ini. Banyak pula petinggi negara atau para ulama yang menggunakan ayat-ayat Alquran demi memperkaya diri.

Perenungan demi perenungan ketika beruzlah, akan membantu kita untuk lebih memahami keadaan. Dengan pikiran bersih, kita akan menyadari, untuk apa selama ini terjerat dalam prinsip buta masyarakat, untuk apa mengikuti jejak yang menyimpang, dan untuk apa kita rela kehilangan nilai-nilai keislaman hanya demi dianggap tidak aneh oleh orang lain.

Jiwa kita yang condong kepada kehidupan duniawi, akhirnya mampu dikendalikan. Jiwa akan menyadari bahwa ternyata selama ia lalai pada tugas utamanya. Di masyarakat, kita terbiasa mempertaruhkan hidup demi uang dan kebahagiaan duniawi. Namun, kala menyendiri, kita akan menyadari bahwa semua yang kita pertaruhkan itu sejatinya sia-sia. Tugas kita yang utama dan satu-satunya hanyalah beribadah dan senantiasa beribadah kepada Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumpulan Kata Mutiara Terbaik Jalaludin Rumi (Masnawi I) Mukadimah

Jenis-Jenis Istighfar: Adab Beristighfar dalam Kisah Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Amalan Doa Sehari-Hari: Zikir Malam Hari (Sebelum Tidur)