Kata Mutiara Kisah Para Muallaf 11: Camilia Leyland, Masuk Islam Lewat Jalur Feminisme
Dalam Kata Mutiara kisah para muallaf 11 ini, kita akan menyimak perjalanan Camilia Leyland. Awalnya, Camilia memandang Islam sebelah mata. Apa lagi penyebabnya kalau bukan, merasa dalam kutub yang berlawanan. Camilia adalah aktivis feminisme yang termakan doktrin media Barat, bahwa agama Islam jauh dari keseteraan antara lelaki dan wanita. Bagaimana Camilia lantas jatuh cinta pada agama yang dahulu diremehkannya ini?
*****
Seorang perempuan cantik yang terlalu memesona untuk sekadar memerangkap diri ke dalam jilbab. Demikian mungkin kesan pertama ketika melihat Camilia Leyland, seorang guru yoga yang tinggal di Cornwall. Tapi, baginya peraturan ketat dalam Islam justru membuktikan semangat 'feminisme' dan kesetaraan dalam segala sendi kehidupan.Sejak kecil, Camilia sudah tertarik dengan segala hal yang berbau Timur Tengah. Hal inilah yang membuatnya mampu menyabet gelar Master di bidang yang diminatinya tersebut. Tapi, ketukan untuk hijrah ke dalam Islam belum benar-benar terjadi sebelum ia tinggal dan bekerja di Syria. Di sana, godaan untuk mengenal Islam lebih jauh tak tertahankan lagi.
Seperti kebanyakan orang Barat, Camilia Leyland dibuat tertipu mentah-mentah oleh doktrin yang selama ini dicekokkan sejak kecil. Ia sadar ada perbedaan besar antara budaya Arab dan agama Islam. Perbedaan yang tidak mau diketahui sekian banyak orang di lingkungan terdahulu. Perbedaan yang membuat mereka mengira, perbudakan dan penindasan terhadap wanita dibolehkan oleh Islam. Camilia tak menampik, hal-hal ini terjadi di dunia Arab. Tapi, itu sama sekali tak mencerminkan Islam yang sejati.
Camilia membenturkan diri pada Alquran. Menguatlah bukti-bukti, bahwa dalam Islam ada 'feminisme'. Tentu bukan feminisme ekstrem seperti yang diagung-agungkan Barat. Melainkan, prinsip kesetaraan yang membuat perempuan tidak inferior dan tidak pula superior dibandingkan lawan jenisnya. Camilia makin terpikat karena kenyataannya Alquran datang melalui Nabi Muhammad saw. untuk menentang perbudakan, penindasan kaum lemah, dan penjajahan wanita yang dilakukan masyarakat jahiliyyah.
Bahkan Camilia Leyland kemudian menegaskan, "JIka dibandingkan dengan beberapa budaya Arab yang menolak kebebasan wanita, ketika saya beranjak dewasa, saya menemui diri ini malah lebih terjajah oleh budaya Barat."
Keadaan itu tercermin pula dari sikap keluarga sang guru yoga yang menentang kepindahannya memeluk Islam. Bagaimana mungkin seorang kulit putih, dengan kelas sosial menengah ke atas, berpendidikan tinggi, mau terperangkap dalam kungkungan agama kolot. Tapi, Camilia sudah memastikan, pikiran negatif orang-orang terdekatnya itu, lahir dari ketidaktahuan. Bukankah burung hantu akan beranggapan matahari sang sumber kehidupan, akan membutakan mata mereka?
Foto ilustrasi: sputniknews.com
Komentar
Posting Komentar