Kata Mutiara Kisah Para Muallaf 17: Terry Holdbrooks, Teroris Lebih Sopan Daripada Yang Anti Teroris
Dalam Kata Mutiara kisah para muallaf 17 ini, kita akan menyimak perjalanan Terry Holdbrooks. Pengalamannya berguru di Guantanamo mengubah hidup Terry yang awalnya brutal, suka kekerasan, dan mabuk-mabukan. Ia terkesima ketika ternyata, para teroris yang dituduh berniat menghancurkan dunia, ternyata lebih sopan dan beradab dari lingkungan Barat yang mengaku bersih dan anti teroris. Apa yang terjadi?
*****
Datang sebagai penjaga kamp tahanan Guantanamo pada musim panas 2003, Terry Holdbrooks yang ketika itu berusia 19 tahun, jauh dari kata Islami. Ia tak mempercayai adanya Tuhan. Minum minuman keras adalah hobinya. Musik hard rock menjadi favoritnya. Dan ada tato di tubuh. Adalah sebuah keanehan jika hanya dalam waktu enam bulan, Islam mengetuk pintu hati Holdbrooks, lalu ia pulang dari Kuba dalam keimanan yang sama sekali berbeda.Dilahirkan dari keluarga yang bermasalah, Holdbrooks sudah kebal urusan kekerasan. Ketika ia menjalani pelatihan untuk menjaga Guantanamo, yang dimasukkan ke dalam otaknya dan sesama penjaga lain, adalah kesan kejam para tahanan muslim di sana. Teroris Islam, adalah orang-orang yang tanpa membuang waktu, akan membunuh orang kulit puth pada kesempatan pertama.
Namun, yang dialami Holdbrooks di Guantanamo sama sekali kontras. Didapatinya sesama rekan penjaga penjara, tak lebih baik dari dirinya. Peminum alkohol, perokok berat, penyuka pornografi, rasis, dan fanatik. Mereka bahkan mengerjai dan memperolok para tahanan muslim.
Akan halnya para teroris itu, yang beberapa di antaranya masih sangat muda, 16-17 tahun, adalah orang-orang yang senantiasa tersenyum meski mendapatkan perlakuan tidak senonoh. Bagaimana mungkin mereka bisa menjadi teroris? Holdbrooks malah dibuat terkagum dengan sifat para tahanan. Yang berada di dalam bui, lebih sopan dan lebih disiplin hidupnya daripada rekan-rekannya yang menghirup udara bebas! Ini jelas aneh!
Berbulan-bulan kemudian, Terry Holdbrooks mencari tahu tentang Islam. Ia banyak mengobrol dengan para tahanan, menyimak pemaparan mereka tentang etika dan moral beberapa jam sehari. Hingga akhirnya di musim dingin 2003, sang penjaga tahanan, masuk Islam.
Uniknya, Holdbrooks bagai ditampar mukanya sebagai orang Barat yang menganut kebebasan. Para tahanan, dengan keterbatasannya, meraih kebebasan dalam beribadah. Sedang dirinya, harus sembunyi-sembunyi dari rekan penjaga. Holdbrooks berkali-kali menggunakan alasan 'ingin ke toilet' hanya untuk sekadar salat! Mana yang disebut kebebasan yang diagung-agungkan?
Pada akhirnya, Terry Holdbrooks dipecat dari statusnya dari tentara, plus meninggalkan Guantanamo karena 'gangguan mental'. Sempat kembali mabuk-mabukan dan menjalani seks bebas karena perceraian, ia susah melupakan mimpi buruk selama menjaga tahanan. Lalu, ia tiba pada suatu titik, yang membuat hidupnya teratur dan terkonsep, tak lain tak bulan, adalah Islam.
Kini, kemana pun mantan pemabuk ini pergi, pandangan teduh selalu menghiasi wajahnya. Bagi Holdbrooks, "Membutuhkan keyakinan dan usaha keras bagi Anda untuk menjalani hidup sebagai seorang muslim. Agama ini begitu disiplin, dan saya tak bisa berhenti mencintainya."
Komentar
Posting Komentar