Jenis-Jenis Istighfar: Istighfar Nabi Hud Memohon Hujan
Dalam bagian jenis-jenis istighfar kali ini, kita akan membahas Istighfar Nabi Hud. Istighfar ini begitu istimewa, karena digunakan bukan hanya untuk memohon ampunan, tetapi juga memohon turunnya hujan.
Nabi Hud diutus oleh Allah untuk menghadapi Kaum ‘Ad yang angkuh. Seperti halnya Nabi Nuh yang menghadapi kebebalan kaumnya, demikian pula yang dialami Nabi Hud. Bahkan ketika Nabi Hud mengajak kaumnya menyembah Allah Yang Satu, kaumnya tidak mau menerima hal tersebut.
Mereka, seperti Kaum Nuh, meminta bukti mukjizat yang tidak mungkin dilakukan Nabi Hud. Kaum ‘Ad berkata, “Hai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” (Q.S. 11:53—54).
Bahkan, sebagaimana Nabi Nuh, Nabi Hud dianggap gila hanya karena mencoba mengingatkan adanya Tuhan Yang Satu, sesuatu yang tidak umum dalam masyarakat saat itu.
Untuk kaumnya, Nabi Hud mengajarkan sebuah istighfar yang sekaligus permohonan rezeki. Istighfar tersebut tercantum dalam Q.S. 11:52.
Astaghfiru, robbakum tsumma tubu ilahi yursili-ssama-a ‘alaikum midroron. Wa yazidkum quwwatan-ilaa quwwatikum wa la tatawallau mujrimin. ----
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”
Di sini, manfaat istighfar adalah turunnya hujan yang deras. Seperti yang kita ketahui, hujan adalah bukti rahmat Allah. Misalnya, dalam Q.S. 7:57, dijelaskan bahwa “angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan)”.
Selain itu, dalam Q.S. 7:57 juga dijelaskan bahwa hujan yang jatuh dari langit dan menumbuhkan berbagai buah-buahan adalah analogi yang digunakan oleh Allah untuk menggambarkan kepada kita bagaimana Allah membangkitkan orang-orang mati pada hari Kiamat. Firman Allah, “… hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.”.
Jika kita memahami bahwa segala sesuatu di dunia hanyalah analogi bagi kehidupan akhirat, maka istighfar yang disampaikan oleh Nabi Hud ini menunjukkan hal penting. Istighfar ini memohon datangnya rahmat setelah adanya ampunan Allah.
Di sisi lain, memperbanyak istighfar ini juga seperti memohon datangnya kemudahan dalam kebangkitan kita di akhirat nanti. Rahmat Allah yang datang sebagai hadiah istighfar, akan membuat kebangkitan kita sebagaimana buah-buahan yang tumbuh di padang yang tandus, yang nyaris mati jika tidak ada bantuan hujan. Buah adalah tanda kematangan pohonnya.
Demikian pula hadiah istighfar: menyebabkan siapa pun yang membacanya akan matang, memiliki bekal yang sangat cukup menjelang perhitungan Allah.
Komentar
Posting Komentar